Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya.
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau terluka dan kehilangan pegangan.
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau ingin melompat mundur pada titik-titik kenangan tertentu.
Maka, ikhalaskan saja kalau begitu.
Karena sesungguhnya, yang lebih menyakitkan dari melepaskan sesuatu adalah berpegangan pada sesuatu yang menyakitimu secara perlahan.
.
Salah satu buku Bung yang sudah masuk cetakan ke-20 di tahun 2019, sekaligus menjadi buku pertama yang saya baca tahun ini. Garis Waktu (Sebuah Perjalanan Menghapus Luka). Iya, dari judulnya saja sudah bikin baper, galau berkepanjangan, begitu pula dengan isinya. Namun, di setiap lembarnya sarat makna. Seperti biasa, Bung menyuguhkan kalimat-kalimat yang dipintal dengan sederhana. Dibaca berulang kali pun tidak akan membosankan. Butuh beberapa hari untuk membacanya meski setiap bab hanya berkisar 2-3 halaman saja. Karena rasanya akan hambar ketika dibaca cepat-cepat dan langsung diselesaikan sekali duduk.
Bab paling berkesan menurut saya sendiri adalah "Bolehkah Sehari Ini Saja Aku Menangis?". Perasaan dan pesan yang ingin disampaikan oleh Bung nyatanya benar-benar sampai. Pedih sendiri membacanya karena kisah tentang keluarga memang mudah membangkitkan emosi, terlebih menyoal kematian.
Ada hal yang tidak bisa kembali setelah pergi. Buku ini mengajarkan kita bagaimana cara mengikhlaskan sesuatu, bagaimana kita melihat dunia dari berbagai sisi berbeda, bagaimana cara kita untuk bangkit dari luka.
Meski termasuk buku lama, buku ini sangat layak untuk bersandar di rak buku, menjadi teman baru para penghuninya. Rasanya, tak menyesal membacanya walau sudah berkali-kali.
Judul: Garis Waktu
Penulis: @fiersabesari
Penerbit: @mediakita
Tebal: 212 halaman
Terbit: 2016
Komentar
Posting Komentar