PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian yang utama. Banyak
pasien yang mangalami kematian akibat penyakit jantung. Penanganan yang salah
dan kurang cepat serta cermat adalah salah satu penyebab kematian.
Infark miokard akut merupakan penyebab kematian utama bagi laki-laki
dan perempuan di USA. Diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita
infark miokard setiap tahunnya dan lebih dari 600 orang meninggal akibat
penyakit ini.
Masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang rendah membuat mereka salah
untuk pengambilan keputusan penangan utama. Sehingga menyebabkan keterlambatan
untuk ditangani. Hal ini yang sering menyebabkan kematian.
Berbagai penelitian standar terapi trombolitik secara besar-besaran telah
dipublikasikan untuk infark miokard akut (IMA) dengan harapan memperoleh hasil
optimal dalam reperfusi koroner maupun stabilisasi koroner setelah iskemia.
B. Rumusan Masalah
a.
Apa definisi dari STEMI ?
b.
Apa etiologi dari STEMI ?
c.
Apa manifestasi klinis dari STEMI ?
d.
Apa penatalaksanaan dari STEMI ?
e.
Bagaimana pathofisiologi dari STEMI ?
f.
Bagaimana Askep pada STEMI ?
C. Tujuan
a.
Untuk mengetahui definisi dari STEMI.
b.
Untuk mengetahui etiologi dari STEMI.
c.
Untuk mengetahui manifestasi klinis
dari STEMI.
d.
Untuk mengetahui penatalaksanaan dari
STEMI.
e.
Untuk mengetahui pathofisiologi dari
STEMI.
f.
Untuk mengetahui Askep dari STEMI.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.
Definisi
ST Elevasi
Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen
akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasipada pemeriksaan EKG.
STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total
sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi
tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati. Infark
miokard akut (IMA) merupakan salah satu diagnosa rawat inap terserang di Negara
maju. IMA dengan elevasi ST (STEMI) merupakan bagian dari spectrum koroner akut
yang terdiri atas angka pectoris yang tidak stabil. IMA tanpa elevasi ST dan
IMA dengan elevasi STEMI umumnya secara mendadak setelah oklusi thrombus pada
plak arterosklerosis yang sudah ada sebelumnya (Sudarjo,2006).
Infark miokard akut terjadi ketika iskemia
miokard,yang biasanya timbul sebagai akibat penyakit aterosklerosis arteri
koroner, cukup untuk menghasilkan nekrosis inversibel otot jantung. (Huan H
Gray,dkk,2005,136).
infark miokard Akut adalah kematian
jaringan miokard diakibatkan oleh kerusakan darah koroner miokard karena
ketidakadekuatan aliran darah (Carpenito, 2008).
Infark miokard Akut adalah iskemia
atau nekrosis pada oto jantung yang diakibatkan karena penurunan aliran darah
melalui satu atau lebih arteri koroner (Doengos, 2003).
Infark miokard merupakan akibat
dari iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit yang memyebabkan kerusakan
selular yang irreversible dan kematian otot atau nekrosis pada bagian
miokardium (Price &Wilson, 2006).
B.
Etiologi
Penyebab utama infark miokard
adalah kurangnya suplai darah miokard. Penyebab penurunan suplai darah
dikarenakan penyempitan kritis arteri koroner karena ateriosklerosis atau
oklusi arteri komplit / penyumbatan total arteri oleh embolus atau thrombus,
syok dan hemoragi / perdarahan. Pada kasus ini selalu terjadi ketidakseimbangan
antara suplai darah dan kebutuhan oksigen.
Stemi juga terjadi jika trombus arteri
koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular, dimana injuri ini
dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.
C.
Manifestasi Klinis
a. Klinis
1. Nyeri dada yang terjadi secara
mendadak dan terus - menerus tidak mereda, bagian bawah sternum dan abdomen
bagian atas, ini merupakan gejala utama.
2. Keparahan nyeri dapat meningkat
secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
3. Nyeri yang tajam dan berat yang
dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan
kiri).
4. Nyeri muncul secara spontan (bukan
setelah kegiatan / bekerja atau gangguan emosional), menetap selama beberapa
jam atau hari, dan tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
5. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang
dan leher.
6. Nyeri sering disertai dengan sesak
nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pusing atau kepala ringan dan
mual muntah.
7. Pasien dengan diabetes melitus tidak
akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat
mengganggu neuroreseptor (menyimpulkan pengalaman nyeri)
b. Laboratotium
1. Pemeriksaan Enzim jantung
CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang
ditemukan pada otot jantung meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24
jam, kembali normal dalam 36-48 jam (3-5 hari).
CK-MB: meningkat antara 2-4 jam,
memuncak pada 12-20 jam dan kembali normal pada 48-72 jam
LDH(laktat dehidrogenase), LDH1, dan
LDH2: Meningkat dalam 24 jam dan memakan waktu lama untuk kembali normal
AST (/SGOT : Meningkat)
2. EKG
Perubahan EKG yang terjadi selama
infark akut yaitu gelombang Q nyata, elevasi segmen ST, dan gelombang T
terbalik. Perubahan- perubahan ini tampak pada hantaran yang terletak
diatas daerah miokardium yang mengalami nekrosis. Selang beberapa waktu gelombang
ST dan gelombang T akan kembali normal
hanya gelombang Q tetap bertahan
sebagai bukti elektrokardiograf adanya infark lama.
D.
Patofisiologi
Penyebab paling sering Akut Miokard Infark adalah
penyempitan pembuluh darah yang disebabkan oleh karena atheromatous. Pecahnya
plak menyebabkan terjadinya agregasi trombosit, pembentukan thrombus dan
akumulasi fibrin, perdarahan dalam plak dan beberapa tingkatan vasospasm.
Keadaan ini akan mengakibatkan sumbatan baik parsial maupun total, yang
berakibat iskemi miokard. Sumbatan total pembuluh darah yang lebih dari 4-6 jam
berakibat nekrosis miokard yang irreversible tetapi reperfusi yang dilakukan
dalam waktu ini dapat menyelamatkan miokardium dan menurunkan morbiditas dan
mortalitas.
Infark miokard atau nekrosis iskemik
pada miokardium, diakibatkan oleh iskemia pada miokard yang berkepanjangan yang
bersifat irreversible. Waktu diperlukan bagi sel-sel otot jantung mengalami
kerusakan adalah iskemia selama 15-20 menit. Infark miokard hampir selalu
terjadi di ventrikel kiri dan dengan nyata mengurangi fungsi ventrikel kiri,
makin luas daerah infark, makin kurang daya kontraksinya.
Secara fungsional, infark miokard
menyebabkan : berkurangnya kontraksi dengan gerak dinding abnormal,
terganggunya kepaduan ventrikel kiri, berkurangnya volume denyutan,
berkurangnya waktu pengeluaran dan meningkatnya tekanan akhir diastole
ventrikel kiri.
Gangguan fungsi tidak hanya
tergantung luasnya infark, tetapi juga lokasinya karena berhubungan
dengan pasokan darah. Infark juga dinamakan berdasarkan tempat terdapatnya
seperti infark subendokardial, infark intramural, infark subepikardial, dan
infark transmural. Infark transmural meluas dari endokardium sampai epikardium.
Semua infark miokard memiliki daerah daerah pusat yang nekrotik/infark,
dikelilingi daerah cedera, diluarnya dikelilingi lagi lingkaran iskemik.
Masing-masing menunjukkan pola EKG yang khas. Saat otot miokard mati,
dilepaskan enzim intramiokard, enzim ini membantu menentukkan beratnya infark.
Jaringan otot jantung yang mati, diganti jaringan parut yang dapat mengganggu
fungsinya (Dr. Jan Tambayong, 2007)
E.
Pathway


![]() |
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratotium Pemeriksaan
Enzim jantung :
-
CK
(Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat pada
3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam (3-5 hari).
-
CK-MB:
meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan kembali normal pada 48-72
jam
-
LDH(laktat
dehidrogenase), LDH1, dan LDH2: Meningkat dalam 24 jam dan memakan waktu
lama untuk kembali normal
-
AST
(/SGOT : Meningkat b.
b. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencatat aktivitas elektrik
jantung. Melalui aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama
jantung, besarnya jantung, dan kondisi otot jantung, kondisi otot jantung
inilah yang memiliki kaitanya dengan PJK.
c. Tes Treadmill Atau Exercise Stress
Testing (uji latih jantung dengan bebean)
Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering
dilakukan untuk mendiagnosis apakah seseorang terkena menderita penyakit
jantung dan juga untuk menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung.
Selain itu tes treadmill juga dapat dipakai untuk mengukur kapasitas jantung,
gangguan irama, dan lain-lain.
d. Echocardiography (Ekokardiografi)
Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang
suara ultra untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat
menilai fungsi jantung.
e. Angiografi korener
Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang
disuntikan kedalam arteri koroner melalui kateter untuk melihat adanya
penyempitan diarteri koroner.
f. Multislice Computed Tomograpy
Scanning (MSCT)
CT menghasilkan tampilan secara tomografi (irisan) digital
dari sinar X yang menembus organ. Sinar X yang menembus diterima oleh detektor
yang mengubahnya menjadi data elektrik dan diteruskan ke sistem komputer untuk
diolah menjadi tampilan irisan organ-organ tubuh.
g. Cardiac Magnetic Resonance Imaging
(Cardiac MRI)
Merupakan salah satu teknik pemeriksaan diagnostik dalam
ilmu kedokteran, yang menggunakan interaksi proton-proton tubuh dengan
gelombang radio-frekuensi dalam medan magnet (sekitar 0,64-3 Tesla) untuk
menghasilkan tampilan penampang (irisan) tubuh.
h. Radionuclear Medicine
Dengan menggunakan radio aktif dimasukan kedalamtubuh
pasien, kemudian dideteksi dengan menggunakan kamera gamma atau kamera
positron, sehingga pola tampilan yang terjadi berdasrkan pola organ yang
memancarkan sinar gamma. (Kabo, 2008).
G.
Komplikasi
a. Disfungsi
ventrikuler
Setelah
STEMi, ventrikuler kiri mengalami serial perubahan bentuk,ukuran dan ketebalan
pada segment yang mengalami infak miokard dan non infak. Proses ini disebut
remodeling ventrikuler dan pada umumnya mendahulukanberkembangnya gagal jantung
secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun paska infak, segera setelah infak
ventrikel kiri memgalami dilatasi secara akut hasil ini berasal dari ekspansi
infak antara lain:slippage serat otot,disfungsi sel miokardial normal dan
hilangnya jaringan dalam zona nekrotik. Selanjutnya terjadinya penampungan
segment non infak mengakibatkan penipisan yang diproporsionalkan dan elegasi
zona infak. Pembesaran ruang jantung secara keseluruhan yang terjadi ditentukan
dengan ukuran dalam lokasi infak dengan dilatasi terbesar paska infak pada
afeks pentrikel kiri yang menyebabkan penurunan hemodinamik yang nyata. Lebih
sering terjadi gagal jantung dan prognosis yang lebih buruk progresivitas
dilatasi dan konsekuensi klinisnya dapat dihambat dengan terapi inhibitor dan
vasodilator yang lain. Pada pasien dengan fraksi injeksi <40% tanpa melihat
ada tidaknya gagal jantung,inhibitor ACE harus diberikan.
b. Gangguan
hemodinamik
Gagal pemompaan merupakan penyebab utama kematian pada
STEMI. Perluasan iskemia nekrosis
mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas baik
pada awal (10 hari infak) dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai
adalah ronki bassah di paru-paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop pada
pemeriksaan rontgen sering dijumpai kongesti paru.
c. Komplikasi
mekanik
Rupture
muskulus papilaris, ruptur septum ventrikel rupture dinding
ventrikel,penatalaksanaannya hanya oprasi.
H.
Penatalaksanaan
a. Medis
Tujuan penatalaksanaan medis yang dilakukan adalah
memperkecil kerusakan jantuang sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya
komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan cara segera mengembalikan
keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung. Terapi obat-obatan
,pemberian O2, tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap
mempertahankan jantung. Obat-obatan dan O2 digunakan untuk meningkatkan suplay
O2, sementara tirah baring digunakan untuk
mengurangi kebutuhan O2. Hilangnya nyeri merupakan indicator utama bahwa
kebutuhan dan suplai O2 telah mencapai keseimbangan. Dan dengan penghentian
aktifitas fisik untuk mengurangi beben kerja jantung membatasi luas kerusakan.
b. Farmakologi
Ada 3 kelas obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan
suplai oksigen; Vasodilator untuk mengurangi nyeri jantung,missal;NTG
(nitrogliserin). Anti koagulan Missal;heparin (untuk mempertahankan integritas
jantung) Trombolitik Streptokinase (mekanisme pembekuan dalam tubuh). (Smeltzer
& Bare,2006).
I.
Pengkajian
Pengkajian
Emergency
a. Primery Survey
1) Circulation
-
Nadi
lemah/tidak teratur.
-
Takikardi.
-
TD
meningkat/menurun.
-
Edema.
-
Gelisah.
-
Akral
dingin.
-
Kulit
pucat atau sianosis.
-
Output
urine menurun.
2) Airway
-
Sumbatan
atau penumpukan secret.
-
Gurgling,
snoring, crowing.
3) Breathing
-
Sesak
dengan aktivitas ringan atau istirahat.
-
RR
lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal.
-
Ronki,krekels.
-
Ekspansi
dada tidak maksimal/penuh
-
Penggunaan
obat bantu nafas
4) Disability
-
Penurunan
kesadaran.
-
Penurunan
refleks.
5) Eksposure
-
Nyeri
dada spontan dan menjalar.
b. Secondary Survey.
1. TTV
a. Tekanan darah bisa normal/naik/turun
(perubahan postural di catat dari tidur sampai duduk/berdiri.
b. Nadi dapat normal/penuh atau tidak
kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur
(disritmia).
c. RR lebih dari 20 x/menit.
d. Suhu hipotermi/normal.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemakaian otot pernafasan tambahan.
b. Nyeri dada.
c. Peningkatan frekuensi pernafasan,
nafas sesak, bunyi nafas (bersih, krekels, mengi), sputum.
d. Pelebaran batas jantung.
e. Bunyi jantung ekstra; S3 atau S4
mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau komplain
ventrikel.
f. Odem ekstremitas.
3. Pemeriksaan selanjutnya
a. Keluhan nyeri dada.
b. Obat-obat anti hipertensi.
c. Makan-makanan tinggi natrium.
d. Penyakit penyerta DM, Hipertensi
e. Riwayat alergi
c. Tersier
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. CPKMB, LDH, AST
b. Elektrolit, ketidakseimbangan
(hipokalemi).
c. Sel darah putih (10.000-20.000).
d. GDA (hipoksia).
2. Pemeriksaan Rotgen Mungkin normal
atau menunjukkan pembesaran jantung di duga GJK atau aneurisma ventrikuler.
3. Pemeriksaan EKG T inverted, ST
elevasi, Q patologis.
4. Pemeriksaan lainnya
a. Angiografi koroner Menggambarkan
penyempitan atau sumbatan arteri koroner.
b. Pencitraan darah jantung (MVGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan
fraksi ejeksi (aliran darah).
J.
Diagnosa dan Intervensi
a.
Nyeri Akut
Diagnosa
Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
|
Rencana
keperawatan
|
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Nyeri akut berhubungan dengan:
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis),
kerusakan jaringan
DS:
-
Laporan secara verbal
DO:
-
Posisi untuk menahan nyeri
-
Tingkah laku berhati-hati
-
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
-
Terfokus pada diri sendiri
-
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
-
Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
-
Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
-
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari
lemah ke kaku)
-
Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
-
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
|
NOC
:
v Pain
Level,
v pain
control,
v comfort
level
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
· Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
· Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
· Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
· Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
· Tanda
vital dalam rentang normal
· Tidak
mengalami gangguan tidur
|
NIC
:
§ Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
§ Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
§ Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
§ Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
§ Kurangi
faktor presipitasi nyeri
§ Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
§ Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
§ Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
§ Tingkatkan
istirahat
§ Berikan
informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
§ Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
|
b.
Penurunan Curah Jantung
Diagnosa
Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
|
Rencana
keperawatan
|
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Penurunan curah jantung
b/d gangguan irama jantung, stroke volume, pre load dan afterload,
kontraktilitas jantung.
DO/DS:
- Aritmia,
takikardia, bradikardia
- Palpitasi,
oedem
- Kelelahan
- Peningkatan/penurunan
JVP
- Distensi
vena jugularis
- Kulit
dingin dan lembab
- Penurunan
denyut nadi perifer
- Oliguria,
kaplari refill lambat
- Nafas
pendek/ sesak nafas
- Perubahan
warna kulit
- Batuk,
bunyi jantung S3/S4
- Kecemasan
|
NOC
:
·
Cardiac Pump effectiveness
·
Circulation Status
·
Vital Sign Status
·
Tissue perfusion: perifer
Setelah dilakukan asuhan
selama………penurunan kardiak output klien teratasi dengan kriteria hasil:
v
Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
v
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
v
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
v Tidak
ada penurunan kesadaran
v AGD
dalam batas normal
v Tidak
ada distensi vena leher
v Warna
kulit normal
|
NIC
:
v Evaluasi adanya nyeri dada
v Catat
adanya disritmia jantung
v Catat
adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
v Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
v Monitor
balance cairan
v Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
antiaritmia
v Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan
v Monitor
toleransi aktivitas pasien
v Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
v Anjurkan
untuk menurunkan stress
§ Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
§ Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
§ Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
§ Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
§ Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
§ Monitor frekuensi dan irama pernapasan
§ Monitor
pola pernapasan abnormal
§ Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
§ Monitor
sianosis perifer
§ Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
§ Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
§ Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen
§ Sediakan informasi untuk mengurangi stress
§ Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas jantung
§ Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah trombus
perifer
§ Minimalkan stress lingkungan
|
c.
Intoleransi Aktifitas
Diagnosa
Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
|
Rencana
keperawatan
|
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan :
·
Tirah Baring atau imobilisasi
·
Kelemahan menyeluruh
·
Ketidakseimbangan antara suplei
oksigen dengan kebutuhan
Gaya
hidup yang dipertahankan.
DS:
·
Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
·
Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.
DO
:
·
Respon abnormal dari tekanan
darah atau nadi terhadap aktifitas
·
Perubahan ECG : aritmia, iskemia
|
NOC
:
v Self
Care : ADLs
v Toleransi
aktivitas
v Konservasi
eneergi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria
Hasil :
v
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
v
Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
v
Keseimbangan aktivitas dan istirahat
|
NIC
:
v
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
v
Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
v
Monitor nutrisi dan sumber energi
yang adekuat
v
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
v
Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis,
pucat, perubahan hemodinamik)
v
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
v
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran
terapi yang tepat.
v Bantu
klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
v Bantu
untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
v Bantu
untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
v Bantu
untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
v
Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
v
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
v
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
v
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
v Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
v Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
|
d.
Gangguan Pertukaran Gas
Diagnosa
Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
|
Rencana
keperawatan
|
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Gangguan Pertukaran gas
Berhubungan
dengan :
è ketidakseimbangan perfusi ventilasi
è perubahan membran kapiler-alveolar
DS:
è sakit kepala ketika bangun
è Dyspnoe
è Gangguan
penglihatan
DO:
è Penurunan CO2
è Takikardi
è Hiperkapnia
è Keletihan
è Iritabilitas
è Hypoxia
è kebingungan
è sianosis
è warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)
è Hipoksemia
è hiperkarbia
è AGD abnormal
è pH arteri abnormal
èfrekuensi dan kedalaman nafas abnormal
|
NOC:
v Respiratory
Status : Gas exchange
v Keseimbangan
asam Basa, Elektrolit
v Respiratory
Status : ventilation
v Vital
Sign Status
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …. Gangguan
pertukaran pasien teratasi dengan kriteria hasi:
v Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi
yang adekuat
v Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda
tanda distress pernafasan
v Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
v Tanda tanda vital dalam rentang normal
v AGD dalam batas normal
v Status neurologis dalam batas normal
|
NIC
:
·
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·
Pasang mayo bila perlu
·
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
·
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
·
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
·
Berikan bronkodilator ;
-………………….
-………………….
·
Barikan pelembab udara
·
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
· Monitor respirasi dan status O2
· Catat
pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
·
Monitor suara nafas, seperti dengkur
·
Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
·
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
·
Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
·
Observasi sianosis khususnya membran mukosa
·
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
·
Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung
|
e.
Kelebihan
Volume Cairan
Diagnosa
Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
|
Rencana
keperawatan
|
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Kelebihan Volume Cairan
Berhubungan dengan :
-
Mekanisme pengaturan melemah
-
Asupan cairan berlebihan
DO/DS :
-
Berat badan meningkat pada waktu yang singkat
-
Asupan berlebihan dibanding output
-
Distensi vena jugularis
-
Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara
nafas abnormal (Rales atau crakles), , pleural effusion
-
Oliguria, azotemia
-
Perubahan status mental, kegelisahan, kecemasan
|
NOC
:
v Electrolit
and acid base balance
v Fluid
balance
v Hydration
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …. Kelebihan
volume cairan teratasi dengan kriteria:
v Terbebas
dari edema, efusi, anaskara
v
Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
v
Terbebas dari distensi vena jugularis,
v Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru,
output jantung dan vital sign DBN
v Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau bingung
|
NIC
:
·
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
·
Pasang urin kateter jika diperlukan
·
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin )
·
Monitor vital sign
·
Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema,
distensi vena leher, asites)
·
Kaji lokasi dan luas edema
·
Monitor masukan makanan / cairan
·
Monitor status nutrisi
·
Berikan diuretik sesuai interuksi
·
Kolaborasi pemberian obat:
....................................
·
Monitor berat badan
·
Monitor elektrolit
·
Monitor tanda dan gejala dari odema
|
f.
Kecemasan
Diagnosa
Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
|
Rencana
keperawatan
|
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Kecemasan berhubungan
dengan
Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan
status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan
dan hospitalisasi
DO/DS:
-
Insomnia
-
Kontak mata kurang
-
Kurang istirahat
-
Berfokus pada diri sendiri
-
Iritabilitas
-
Takut
-
Nyeri perut
-
Penurunan TD dan denyut nadi
-
Diare, mual, kelelahan
-
Gangguan tidur
-
Gemetar
-
Anoreksia, mulut kering
-
Peningkatan TD, denyut nadi, RR
-
Kesulitan bernafas
-
Bingung
-
Bloking dalam pembicaraan
-
Sulit berkonsentrasi
|
NOC
:
-
Kontrol kecemasan
-
Koping
Setelah dilakukan asuhan selama ……………klien kecemasan teratasi dgn
kriteria hasil:
v Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas
v Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas
v Vital
sign dalam batas normal
v Postur
tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
|
NIC
:
Anxiety
Reduction (penurunan kecemasan)
·
Gunakan pendekatan yang menenangkan
·
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
·
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
·
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
·
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
·
Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
·
Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
·
Dengarkan dengan penuh perhatian
·
Identifikasi tingkat kecemasan
·
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
·
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
·
Kelola pemberian obat anti cemas:........
|
Komentar
Posting Komentar