PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Colic
abdomen adalah suatu rasa
nyeri yang tejadi secara akut maupun kronik yang intensitasnya hilang datang
karna ada permasalahan pada organ didalam perut. Colic abdomen umumnya terjadi
akibat peradangan atau infeksi , apabila hal ini tidak teratasi dengan cepat
maka akan berakibat fatal dan dapat mengganggu system pencernaan serta
metabolisme pada tubuh manusia. Jika berbicara masalah perut, maka tidak
sedikit organ yang ada didalamnya, adapun beberapa contoh gangguannya ialah
batu ginjal, hepatitis, pakreatitis, lecet usus besar, hernia epigtastrik,
lecet usus halus, ISK, hernia lumbal, gastritis, appendiksitis, hernia
inguinalis, ca. organ abdomen, dll. Tetapi pada umumnya semua organ pada perut
mengalami gejala infeksi berupa nyeri.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Memenuhi
tugas terstruktur Mata Kuliah Keperawatan Medikal
2. Menerapkan
ilmu yang dipelajari di Prodi Keperawatan
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami
asuhan keperawatan medikal
2. Mengetahui
dan memahami pengertian dan maksud penyakit kolik abdomen
3. Mengetahui
dan memhami tentang proses penykit kolik abdomen
4. Mengetahui
dan memahami penatalaksanaan, factor penyebab, resiko, komplikasi, manifestasi
dari kolik abdomen
5. Mengetahui
dan memahami tentang pengobatan kolik abdomen
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Kolik Abdomen adalah gangguan pada
aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2011). Obstruksi
terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke
depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2011).
B.
Etiologi
1.
Mekanis :
a.
Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)
b.
Karsinoma
c.
Volvulus
d.
Intususepsi
e.
Obstipasi
f.
Polip
g.
Striktur
2.
Fungsional (non mekanik) :
a.
Ileus paralitik
b.
Lesi medula spinalis
c.
Enteritis regional
d.
Ketidakseimbangan elektrolit
e.
Uremia
C.
Klasifikasi
Pada garis besarnya sakit perut
dapat dibagi menurut datangnya serangan dan lamanya serangan, yaitu akut atau
kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas kasus bedah dan non bedah
(pediatrik). Selanjutnya dapat dibagi lagi berdasarkan umur penderita, yang di
bawah 2 tahun dan di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat dikelompokkan
menjadi penyebab gastrointestinal dan luar gastrointestinal.
Konsep yang klasik membagi sakit
perut berulang ke dalam 2 golongan: organik (fungsional) dan psikogenik
(psikosomatik). Biasanya harus dicari dulu penyebab organik, bila tidak
ditemukan bisa dipikirkan kemungkinan penyebab psikogenik . Cara pendekatan
seperti ini tentu akan banyak memakan waktu dan biaya.
Barr mengajukan konsep yang agak
berbeda. Sakit perut berulang digolongkan atas 3 kelompok, yaitu: organik,
disfungsional, dan psikogenik. Nyeri organik disebabkan oleh suatu penyakit,
misalnya infeksi saluran kemih .Nyeri disfungsional disebabkan oleh berbagai
variasi fisiologi normal dan dibagi dalam dua kategori, yaitu sindrom nyeri
spesifik (yang mekanisme penyebab nyerinya diketahui, misalnya defisiensi laktase
dan konstipasi) dan sindrom nyeri nonspesifik (mekanisme penyebab nyeri tidak
jelas atau tidak diketahui).Nyeri psikogenik disebabkan oleh tekanan emosional
atau psikososial tanpa adanya kelainan organik atau disfungsi.
Untuk memastikan diagnosis kelompok
nyeri psikogenik maka ada tiga kriteria yang harus dipenuhi yaitu3:
a.
Ada bukti yang cukup kuat untuk menghilangkan penyebab
kelainan organic
b.
Ada bukti positif bahwa ada gangguan emosional dan ada
kaitan waktu antara timbulnya sakit perut dengan periode meningkatnya stress
yang dialami anak
c.
Sakit perut ini akan bereaksi langsung dengan hilangnya
ketegangan emosional meskipun kemungkinan hal ini tidak selalu terjadi
Konsep
ketiga diajukan oleh Levine dan Rappaport (1984) yang menekankan adanya penyebab
multifaktor. Sakit perut berulang merupakan perpaduan dari empat faktor, yaitu:
a.
Predisposisi somatik, disfungsi, atau penyakit
b.
Kebiasaan dan cara hidup
c.
Watak dan pola respons
d.
Lingkungan dan peristiwa pencetus
Faktor-faktor
tersebut berperan meningkatkan atau meredakan rasa sakit.Dengan demikian dapat
diterangkan mengapa beberapa anak menderita konstipasi tanpa sakit perut
berulang. Demikian pula halnya dengan kondisi psikososial yang buruk akan
menimbulkan sakit perut berulang pada anak tertentu, tetapi tidak pada anak
lain.
D.
Pathway
E.
Manifestasi Klinis
1.
Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen
pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising
usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri
tekan difus minimal.
2.
Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen,
distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai
ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.
3.
Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah),
distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan
bising usus, nyeri tekan difus minimal.
4.
Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa
usus pada penyakit Crohn.Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan
diare.
5.
Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat;
nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten;
biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau
vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.
F. Pemeriksaan Diagnostic
1.
Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
2.
Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi
udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.
3.
Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat
muntah; peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis
dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4.
Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau
alkalosis metabolik.
G.
Komplikasi
1.
Usus buntu (peradangan appnedix)
2.
Penyumbatan atau obstruksi usus
3.
Kolesistitis (radang kandung empedu) dengan atau tanpa batu
empedu
4.
Sembelit kronis
5.
Diseksi Aneurisma Aorta Abdominal
6.
Divertikulitis
7.
Makanan Alergi
8.
Keracunan makanan (salmonella, shigella) atau virus
gastroenteritis (flu perut)
9.
Mulas, gangguan pencernaan, atau gastroesophageal reflux
10.
Inflammatory bowel disease (penyakit Crohn atau ulcerative
colitis)
11.
Intussusepsi – meskipun jarang, ini adalah penyebab yang
serius pada bayi.
12.
Irritable bowel syndrome
13.
Iskemik usus
14.
Batu ginjal
15.
Intoleransi Laktosa
16.
Infark atau insufisiensi mesenterika (kurangnya cukup
pasokan darah ke usus, kadang-kadang mengakibatkan kegagalan atau kematian
bagian dari usus)
17.
Pankreatitis (peradangan pankreas)
18.
Tumor atau kanker
19.
Ulkus
20.
Infeksi Traktus Urinarius
H.
Penatalaksanaan Medis
1.
Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :
2.
Terapi Na+, K+, komponen darah
3.
Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan
interstisial
4.
Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
intraseluler
5.
Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal
usus ke area penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan
pasien berbaring miring ke kanan.
6.
Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
7.
Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena
obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
8.
Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
9.
Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu
beresiko.
10.
Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan
mendekompresi usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
I.
Pengkajian
1.
Identitas
2.
Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum
MRS dan saat MRS. Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah
dan lain-lain.
3.
Riwayat kesehatan
a.
Riwayat kesehatan sekarang
Bagaimana serangan itu timbul,
lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga
dibawa ke Rumah Sakit.
b.
Riwayat kesehatan dahulu
Megkaji apakah klien pernah sakit
seperti yang dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit
keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.
c.
Riwayat kesehatan keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga
dan adakah penyakit keturunan atau menular.
d.
Pola- pola fungsi kesehatan
e.
Pemeriksaan fisik
J.
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah,
demam dan atau diforesis.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
a.
Tanda vital normal.
b.
Masukan dan keluaran seimbang.
Intervensi
:
a.
Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan
gejala syok
b.
Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan
vitamin
c.
Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan
intermitten. Ukur haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna
dan konsistensi
d.
Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri
untuk memudahkan pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung
sampai selang pada posisi yang benar
e.
Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam
f.
Auskultasi bising usus, 1 jam setelah makan; laporkan
tak adanya bising usus
2.
Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan
Tujuan : rasa nyeri teratasi atau
terkontrol
Kriteria hasil: pasien mengungkapkan
penurunan ketidaknyamanan,menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi,
menunjukkan relaks.
Intervensi
:
a.
Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman
b.
Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri
c.
Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping anlgesik;
hindari morfin
d.
Kaji dan anjurkan melakukan lathan rentang gerak aktif atau
pasif setiap 4 jam.
e.
Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan
perawatan kulit.
f.
Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau
nyeri; berikan enema perlahan bila dipesankan.
g.
Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri.
3.
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan
status kesehatan.
Tujuan : ansietas teratasi
Kriteria hasil : pasien
mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan mendemonstrasikan
keterampilan kooping positif dalam menghadapi ansietas.
Intervensi
:
a.
Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan
ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu.
b.
Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan
rasa takut; berikan penenangan.
c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan
mengenai penyakit, tindakan dan prognosis.
d.
Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.
e. Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat.
Komentar
Posting Komentar