PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jaringan lunak adalah bagian
dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian
dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan
ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian). Tumor
adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian
khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis,
tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat
reaksi radang atau hipertrofi.
Tumor jaringan lunak dapat
terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tumor
jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas. Tumor ganas atau kanker
pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma jaringan lunak atau Soft Tissue Sarcoma (STS). Kanker jaringan lunak termasuk
kanker yang jarang ditemukan, insidensnya hanya sekitar 1% dari seluruh
keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15% dari seluruh keganasan
pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur. Pada anak-anak paling
sering pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling banyak pada umur
45-50 tahun. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak
bawah yaitu sebesar 46% di mana 75% ada diatas lutut terutama di daerah paha.
Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak
tangan sekitar 13%. 30% di tubuh bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding
perut, dan juga pada jaringan lunak dalam perut maupun dekat ginjal atau yang
disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1%
di tempat lainnya, antara lain di dada.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Memenuhi
tugas terstruktur Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
2. Menerapkan
ilmu yang dipelajari di Prodi Keperawatan
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami
asuhan keperawatan medical bedah
2. Mengetahui
dan memahami pengertian dan maksud penyakit soft tissue tumor
3. Mengetahui
dan memhami tentang proses penyakit soft tissue tumor
4. Mengetahui
dan memahami penatalaksanaan, factor penyebab, resiko, komplikasi, manifestasi
dari soft tissue tumor
5. Mengetahui
dan memahami tentang pengobatan soft tissue tumor
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Soft Tissue Tumor (STT) adalah
benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer,
2012).
Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang
disebabkan pertumbuhan sel baru (Nurarif, 2015).
STT adalah pertumbuhan sel
baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh seperti kanker (Price, 2009).
B.
Anatomi dan Fisiologi
Menurut
Price (2009), anatomi fisiologi jaringan lunak adalah sebagai berikut:
1.
Otot
Otot ialah jaringan yang
mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi bergerak. Otot terdiri atas
serabut silindris yang mempunyai sifat yang sama dengan jaringan yang lain,
semua ini diikat menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat
yang mengandung unsur kontraktil
2.
Tendon
Tendon adalah pengikat otot
pada tulang, tendon ini berupa serabut-serabut simpai yang berwarna putih,
berkilap, dan tidak elastis.
3.
Jaringan ikat
Jaringan ikat melengkapi
kerangka badan, dan terdiri dari jaringan areolar dan serabut elastic.
C.
Etiologi
1. Kondisi genetic
Ada bukti tertentu pembentukan
gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk beberapa tumor jaringan
lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting
dalam diagnosis.
1. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah
munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang mendorong transformasi neoplastic.
2. Lingkungan carcinogens
Sebuah asosiasi antara eksposur
ke berbagai carcinogens dan setelah itu dilaporkan meningkatnya insiden tumor
jaringan lunak.
3. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
4. Trauma
Hubungan antara trauma
dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma mungkin
menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
D.
Patofisiologi
Pada
umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi
dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.Dapat timbul di tempat di mana
saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutamadaerah paha,
20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor
jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, sepertiserabut luka. Setelah
tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati
batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi
sepertilekukan-lekukan tubuh. Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat
dibagi atas 4 fase yaitu:
1. Perubahan ganas pada sel-sel
target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel
transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Kondisi genetik, radiasi,
infeksi, trauma
E.
Pathway
F. Manifestasi Klinis
Tanda
dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan
tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit
yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang
biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga
karena adanya penekanan pada saraf – saraf tepi.
Tumor
jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba
terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari
jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Pada
tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang
relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan normal.
Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak, karena dekat dengan menekan saraf dan otot. Jika di daerah perut
dapat menyebabkan rasa sakit abdominal umumnya menyebabkan sembelit.
G. Komplikasi
Tumor
jinak bisa berubah menjadi tumor ganas/kanker, penyebaran atau metastasis
kanker ini paling sering melalui pembuluh darah ke paru-paru ke liver, dan
tulang. Jarang menyebar melalui kelenjar getah bening.
H. Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan Medik
a.
Pembedah
Mungkin cara ini sangat
beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka keberhasilan yang sangat
memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk mengangkat tumor atau benjolan
tersebut.
b.
Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan
penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk membunuh sel sel tumor tersebut.
Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian
besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan
cara kemoterapi ini.
c.
Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi
yang menggunakan radiasi yang bersumber dari radioaktif. Kadang radiasi yang
diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang dikombinasikan dengan
kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2.
Penatalaksanaan Keperawaatan
a.
Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b.
Perawatan luka pada pasien
c.
Pemberian obat
d.
Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan
terjadi setelah dilakukan operasi.
I. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman
lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan lunak, transparansi serta
hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya jelas, sering
didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi melihat
kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi
terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa
ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor jaringan internal, dan oleh
karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau ganas. tumor ganas jaringan
lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti sarkoma otot
lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat histiocytoma seperti. USG
dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi aspirasi akupunktur.
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi
dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan lunak yang merupakan metode
umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak
jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat
melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan,
tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke pinggul atau
paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor tulang atau
invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana pengobatan
yang lebih baik.
5. Pemeriksaan histopatologis
a.
Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang
akurat. Dioptimalkan untuk situasi berikut:
1) Ulserasi tumor jaringan lunak,
Pap smear atau metode pengumpulan untuk mendapatkan sel, pemeriksaan
mikroskopik
2) Tusukan smear cocok untuk tumor
yang lebih besar, dan tumor yang mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau
kemoterapi, metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.
b.
Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak
dapat didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
c.
Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
d.
Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama
dengan bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis.
J. Pengkajian
1. Identitas pasien dan penanggungjawab
yang berisi nama, umur, jenis kelamin, alamat dll.
2. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan yang meliputi keluhan utama, riwayat
kesehatan sekarang dan riwayat kesehatan dahulu, serta riwayat kesehatan
keluarga.
3. Pengkajian Pola Kebiasaan
Pengkajian pola kebiasaan sehari-hari meliputi rasa aman dan
nyaman, aktifitas, istirahat dan tidur, cairan, nutrisi, oksigenasi, eliminasi.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum vitas sign, dan
pemeriksaan secara menyeluruh head to toe.
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium,
radiologi dan lainnya.
K. Diagnosa
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
2. Resiko infeksi b.d luka post operasi
3. Ansietas b.d kurang pengetahuan
L. Intervensi
Dx
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang/ teratasi dengan
criteria hasil:
a. Pasien nampak rileks
b. Pasien mengatakan nyeri berkurang
|
1. Observasi adanya nyeri
2. Ajarkan teknik relaksasi nyeri
3. Berikan suasana nyaman dan tenang
4. Ajarkan keluarga mengenai teknik manajemen nyeri
5. Kolaborasi pemberian obat analgetik
|
1. Mengetahui kondisi pasien
2. Mengurangi/ menurunkan persepsi respon nyeri
3. Mengurangi peningkatan rasa nyeri karena faktor
lingkungan
4. Peran aktif keluarga dalam mendukung pasien sangat
diperlukan dalam proses keperawatan
5. Kolaborasi yang tepat dapat mempercepat proses
penyembuhan dengan penganganan yang tepat
|
2
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapakan infeksi tidak terjadi criteria
hasil:
a. Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
|
1. Observasi TTV
2. Berikan perawatan luka/ medikasi
3. Beri informasi pada keluarga dan pasien tentang
tanda dan gejala infeksi
4. Kolaborasi pemberian antibiotic
|
1. Mengetahui perkembangan/ kondisi pasien
2. Mengurangi resiko terjadinya infeksi
3. Informasi yang tepat mengurangi kecemasan dan dapat
mengantisipasi lebih dini jika tanda gejala infeksi muncul
4. Mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat proses
pemyembuhan
|
3
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi ansietas dengan
criteria hasil:
a. Klien tampak rileks
b. Klien dapat mengontrol emosinya
|
1. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang
penyakit
2. Beri edukasi pada pasien dan keluarga tentang
penyakit
3. Anjurkan teknik relaksasi
4. Kolaborai dalam pemberian terapi atau tindakan
|
1. Mengetahui tingkat pengetahuan pasien
2. Informasi yang tepat mengurangi kecemasan
3. Agar pasien dapat tenang dan mengontrol diri
4. Untuk menstabilkan kondisi pasien
|
Komentar
Posting Komentar